HUBUNGAN AQIDAH, IBADAH DAN AKHLAK
PENDAHULUAN
Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakkan
nilai-nilai kemanusiaan, atau hubungan personal, interpesonal dan masyarakat
secara Agung dan Luhur, tidak ada perbedaan satu sama lain, keadilan,
relevansi, kedamaian, yang mengikat semua aspek manusia. Karena islam yang
berakar pada kata “salima” dapat diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir
dalam diri manusia dan itu sifatnya fitrah, kedamaian, akan hadir. Jika manusia
itu sendiri menggunakan dorongan diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan
manusia dan memposisikan dirinya sebagai mahluk ciptaan tuhan yang bukan saja
unik tapi juga sempurna. Namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan
tidak berjalan, seiring fitnah, maka janji tuhan azab dan keinahan akan datang.
Tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang
dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki ahlak. Jika seseorang sudah memahami
ahlak maka akan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik.
Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan
oleh Allah dan Rasul-Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu
iman (akidah), Islam (syariat/ibadah), dan ihsan (akhlak). sebagaimana firman
Allah
أَلَمْ
تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ
مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي
السَّمَاءِ. تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ
حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ. وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الأرْضِ
مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ.
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ.
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik,
akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya
pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang
buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia
dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa
yang Dia kehendaki.”
Ayat
diatas mengilustrasikan kepada kita akan hubungan antara aqidah, ibadah dan
akhlak. Yang kesemuanya memiliki keterikatan dan penguat satu sama lain. Maka
di sini pemakalah akan menjelaskan
tentang hubungan antara ketiganya, sehingga kemantapan seorang mukmin akan
terjaga. Semoga apa yang pemakalah susun
dalam makalah yang berjudul Hubungan Aqidah, Ibadah Dan Akhlak. Dengan harapan
semoga makalah ini dapat menjadi referansi, khazanah keilmuan dan berguna untuk
semua kalangan umat Islam. Amin
PEMBAHASAN
Pengertian Aqidah, Ibadah dan Akhlak
Pengertian Aqidah
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh
manusia. Keyakinan hidup ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk
mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan
pula sebagai pondasi dari seluruh bangunan aktifitas manusia
Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap
tegak berdiri, maka dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu
ibadah. Ibadah merupakan bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah.
Ibadah dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan terhadap allah.
Apabila aqidah telah dimiliki dan ibadah telah dijalankan
oleh manusia, maka kedua hal tersebut harus dijalankan dengan sebaik-baiknya,
oleh karena itu diperlukan adanya suatu peraturan yang mengatur itu semua.
Aturan itu disebut Muamalah. Muamalah adalah segala aturan islam yang mengatur
hubungan antar sesama manusia. Muamalah dikatakan berjalan baik apabila telah
memiliki dampak sosial yang baik.
Untuk dapat mewujudkan aqidah yang kuat yaitu dengan cara
ibadah yang benar dan juga muamalah yang baik, maka diperlukan suatu adanya
ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menjelaskan yang seharusnya dilakukan
manusia kepada yang lainya, yang disebut dengan akhlak. Dengan akhlak yang baik
seseorang akan bisa memperkuat aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik
dan benar. Ibadah yang dijalankan dinilai baik apabila telah sesuai dengan
muamalah. Muamalah bisa dijalankan dengan baik apabila seseorang telah memiliki
akhlak yang baik.
Rasulullah bersabda:
لايكن احدكم أمعة يقول
: انا مع الناس، ان
احسن الناس احسنث وان
اساءوا اسأث، ولكن وظنوا
انفسكم ان حسن الناس
ان ثحسنوا وان اساءوا
ان ثجثنبوا اساءثهم (رواه
الترذي)
“Janganlah ada di antara kamu
menjadi orang yang tidak mempunyai pendirian, ia berkata: Saya ikut bersama
orang-orang. Kalau orang berbuat baik, saya juga berbuat baik; dan kalau orang
berbuat jahat, saya juga berbuat jahat. Akan tetapi teguhlah pendirianmu.
Apabila orang berbuat baik, hendaklah kamu juga berbuat baik dan kalau mereka
berbuat jahat, hendaklah kamu jauhi perbuatan jahat itu.” (HR. Turmuzi)
Al-Maududi
mengemukakan beberapa pengaruh kalimat tauhid ini dalam kehidupan manusia.
Manusia yang percaya dengan kalimat ini tidak mungkin orang
yang berpandangan sempit dan berakal pendek.
Keimanan mengangkat manusia ke derajat yang paling tinggi
dalam harkatnya sebagai manusia.
Bersamaan dengan rasa harga diri yang tinggi, keimanan juga
mengalirkan ke dalam diri manusia rasa kesederhanaan dan kesahajaan.
Keimanan membuat manusia menjadi suci dan benar.
Orang yang beriman tidak bakal putus asa atau patah hait
pada keadaan yang bagaimanapun.
Orang yang beriman mempunyai kemauan keras, kesabaran yang
tinggi dan percaya teguh kepada Allah SWT.
Keimanan membuat keberanian dalam diri manusia.
Keimanan terhadap kalimat La Ilaha illa al-Allah dapat
mengembangkan sikap cinta damai dan keadilan menghalau rasa cemburu, iri hati
dan dengki.
Pengaruh yang terpenting adalah membuat manusia menjadi taat
dan patuh kepada hukum-hukum Allah.
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa aqidah itu
merupakan satu hal yang sangat fondamental dalam Islam dan dengan sendirinya
dalam kehidupan. Untuk memantapkan uraian ini, aqidah laksana mesin bagi sebuah
mobil yang menggerakkan segala kekuatannya untuk berjalan. Tanpa mesin, maka
mobil itu tak ubahnya seperti benda-benda mati yang lain yang tidak bisa
bergerak dan berjalan.
Kemantapan aqidah dapat diperoleh dengan menanamkan kalimat
tauhid La Illaha illa al-Allah (Tiada tuhan selain Allah). Tiada yang dapat
menolong, memberi nikmat kecuali Allah; dan tiada yang dapat mendatangkan
bencana, musibah kecuali Allah. Pendket kata, kebahagiaan dan kesengsaraan
hanyalah dari Allah.
Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri
serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak
definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan
perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.
Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla,
yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang
dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan,
yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling
lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan.
Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal
(ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah
(yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan
syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah
(fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan
dengan amalan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah
berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا
أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ
وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ
ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki
rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi
makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan
jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza
wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi
merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka
barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang
beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia
adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya
hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang
mengesakan Allah).
Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu
bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah.
Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak)
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ
عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang beramal tanpa
adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.”
Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan
ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:
Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan
kecil.
Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Jadi ibadah merupakan hasil dari Aqidah yang kokoh. aqidah
tersebut menciptakan kegiatan atau amal yang dinakan Ibadah. sebagaimana yang
kita ketahui, jika manusia memiliki dua tugas didalam perjalanan penghambaan,
yakni ibadah dan memimpin.
Pengertian akhlak
Akhlak (berasal dari kata al-akhlak, jamak dari al-khulq =
kebiasaan, perangai, tabiat, dan agama). Tingkah laku yang lahir dari manusia
dengan sengaja, tidak dibuat-buat, dan telah menjadi kebiasaan. Kata akhlak
dalam pengertian ini disebut dalam Al-Quran dengan bentuk tunggalnya, khulq,
pada firman Allah SWT yang merupakan konsiderans pengangkatan Muhammad sebagai Rasul
Allah. Dijelaskan dalam Al-Quran sebagai berikut
Artinya :
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad)
benar-benar berbudi pengerti yang agung (QS Al-Qalam, 68 :4)
Beberapa istilah yang bekaitan dengan akhlak. Menurut jamil
salibah (ahli bahasa arab kontemporer asal suriah), adalah akhlak yang baik dan
ada yang buruk. Akhlak yang baik disebut adab (adab). Kata adab juga digunakan
dalam arti etika yaitu tata cara sopan santun dalam masyarakat guna memelihara
hubungan baik antar mereka.
Selanjutnya, dikalangan Ulamah terdapat perbedaan pendapat
tentang apakah akhlak yang lahir dari manusia merupakan hal pendidikan dan
latihan ataukah pembawah sejak lahir. Sebagian mengatakan bahwa akhlak
merupakan pembawah sejak lahir orang yang bertingkah laku baik atau buruk karena
pembawanya sejak lahir. Karenanya, akhlak tidak bisa diubah melalui pendidikan
atau latihan. Pandangan ini dipegang oleh kaum jabariah, salah satu aliran
dalam teologi islam. Sebagian lain berpendapat bahwa akhlak merupakan hasil
pendidikan. Karenanya, akhlak bisa diubah melalui pendidikan, dan itulah
sebabnya mengapa Rasulullah SAW “diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR.
Malik). Pendapat ini dipegang oleh kebanyakan ulamah. Ibnu maskawaih, ketika
mengeritik pandangan pertama, mengatakan bahwa pandangan negatif tersebut
antara lain akan memebuat segalah bentuk normal dan bimbingan jadi tertolak,
orang jadi tunduk pada kekejaman dan kelaliman, serta nak-anak jadi liar karena
tubuh dan perkembangan tanpa nasihat dan pendidikan.
Menurut Quraish Shihab, meskipun kedua potensi ini terdapat
dalam diri manusia, ada issyarat dalam Al-Quran bahwa manusia pada dasarnya
cendrung pada kebajikan. Didalam Al-Qurandiuraikan bahwa iblis menggoda Adam,
lalu adam durhaka kepada Tuhan. Sebelum digoda iblis, Adam tidak durhaka
artinya ia tidak melakukan sesuatu yang buruk akibat godaan itu, adam menjadi
sesat, tetapi kemudian bertobat kepada tuhan sehingga kembali kepada
kesuciannya.
Adapun sasaran Ahlak. Dalam Islam, secara garis besar akhlak
manusia mencangkup tiga sasaran, yaitu terhadap Allah SWT, terhadap bersama
manusia, dan terhadap lingkungannya.
Akhlak terhadap Allah SWT. Menurut Muhammad Quraish Shihab,
akhlak manusia terhadap Allah SWT bertitik tolak dari pengakuan dan kesadaran
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT yang memiliki segalah sifat terpuji dan
sempurna.
Mensucikan Allah SWT dan memuji-nya.
Bertaqwa (berserah diri) kepada Allah SWT setelah berbuat
atau berusaha lebih dahulu.
Berbaik sangka kepada Allah SWT
Akhlak Terhadap Sesama Manusia, sebagai contoh Akhlak
terhadap Orang Tua diantaranya sebagai berikut :
Memelihara keridaan orang tua
Berbakti kepada orang tua
Memelihara etika pergaulan kepada orang tua
Akhlah terhadap Lingkungan. Dimaksudkan dengan lingkungan
disini ialah segalah sesuatu yang berada disekitar manusia, seperti binatang,
tumbuhan-tumbuhan dan benda-benda yang tak bernyawa.
Akhlak yang dianjurkan Al-Quran terhadap lingkungan
bersumber daru fungsi manusia sebagai khalifah. Khalifah menuntut adanya
interaksi antara manusia dan alam. Khalifah mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, dan bimbingan agar setiap mahluk mencapai tujuannya.
Mahluk-mahluk itu adalah umat seperti manusia juga. Al-Quran menggambarkan :
“dan tiada binatangbinatang yang ada dibumi dan burung-burung yang terbang dengan
kedua sayapnya, melaikan umat-umat (juga) seperti kamu… ”(Q.S. 6:38).
Jadi dari penjelasan diatas dapat kita simpulan, jika akhlak
merupakan hasil aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar.melalui ibadah, ibadah
yang merupakan pelaksanaan dari perintah
Allah Swt. dalam firman-Nya, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan
keji dan mungkar” (QS al-Ankabut [29]: 45).
Tujuan akhlak sendiri adalah menghasilkan nilai yang mampu
menghadirkan kemanfaatan bagi manusia, bukan nilai materi. karena Akhlak adalah
salah satu dasar bagi pembentukan kepribadian individu. Tentu saja secara
pasti, akhlak sebagai salah satu dasar pembentuk masyarakat tidak akan
diabaikan begitu saja. Suatu masyarakat tidak akan baik kecuali ketika
akhlaknya baik. Namun, masyarakat tidak akan menjadi baik hanya dengan akhlak,
tetapi dengan dibentuknya pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan Islami, serta
diterapkannya aturan di tengah-tengah masyarakat itu.
Hubungan Aqidah, Ibadah dan Akhlak
Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak / Dasar pendidikan
akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar ,
Karena akhlak tersarikan dari aqidah, aqidah pun terpancarkan melalui ibadah.
karena sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan amal ataua ibadah
dan ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah. Oleh karena itu jika seorang
beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus.
Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah. Aqidah
seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam
juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan
benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah
allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku
yang telah ditetapkanya.
Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar
merupakan contoh perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus
mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan
mereka mendapatkan ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan
kebaikan dari Allah.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang
terletak pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau:
“Orang mukmin yang
paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”. (HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat
diketahui melalui tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut
merupakan perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya
baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka
dapat dikatakan ia mempunyai Iman yang lemah. Muhammad al-Gazali mengatakan,
iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah
mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk.
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu
akan melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari
lemahnya iman. Orang yang berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi sebagi
orang yang kehilangan iman. Beliau bersabda:
الحياء
والايمان قرناء جميعا فاذا
رفع احدهما رفع الاخر
(رواه الكاريم)
”Malu dan iman itu keduanya
bergandengan, jika hilang salah satunya, maka hilang pula yang lain”. (HR.
Hakim)
KESIMPULAN
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh
manusia. Keyakinan hidup ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk
mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk alam. aqidahlah Pondasi aktifitas
manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka dibutuhkan adanya
sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan bentuk
pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap allah.Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-Nya, merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla,
yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi. dan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir
maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Sedangkan Akhlak adalah salah satu dasar bagi pembentukan
kepribadian individu dan ruh stabilitas kehidupan ummat.
Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak. Dasar pendidikan
akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar ,
Karena akhlak tersarikan dari aqidah, aqidah pun terpancarkan melalui ibadah.
karena sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan amal ataua ibadah
dan ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah. Oleh karena itu jika seorang
beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus.
Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah. Aqidah
seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam
juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan
benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah
allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku
yang telah ditetapkanya.