Pada dasarnya, kredit yang disalurkan perbankan terdiri dari kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Kredit konsumsi misalnya kredit untuk pembelian rumah (KPR), kredit serbaguna, kredit kepemilikan mobil, dan sebagainya yang digunakan untuk keperluan konsumtif. Di lain sisi, terdapat juga kredit produktif yang disalurkan untuk keperluan usaha yang biasanya dikenal dengan nama kredit modal kerja.
Salah satu analisa yang dibutuhkan untuk pengajuan kredit usaha tersebut adalah analisa kebutuhan pelaku usaha tersebut untuk memastikan bahwa kredit yang disalurkan tidak lebih dari yang diperlukan sehingga tidak terjadi penyimpangan penggunaan kredit (side streaming), yang mana seharusnya dibutuhkan untuk mengembangkan usaha tetapi digunakan untuk keperluan lain.
Kebutuhan modal kerja ini (atau biasanya dikenal dengan istilah WI Needs dalam dunia perbankan) dapat dihitung dengan membandingkan piutang, stok, dan utang calon debitur tersebut. Pada dasarnya, kebutuhan modal kerja usaha cadeb dipengaruhi oleh cashflow yang digunakan untuk membiayai piutang dan persediaan (stok barang), dimana uang cash belum diterima cadeb, namun sudah harus dibayar lagi untuk membeli stok selanjutnya. Ilustrasi sederhanya sebagai berikut.
Misalnya, anda memulai sebuah usaha dengan membeli stok barang Rp 500 juta, yang berarti uang anda telah terpakai Rp 500 juta sebagai modal. Penjualan stok tersebut juga dilakukan dengan memberikan tenor piutang selama 1 bulan kepada pembeli. Hal ini berarti anda tidak langsung menerima cash Rp 500 juta dari barang yang terjual tersebut, namun sudah harus membeli lagi stok barang selanjutnya agar penjualan dapat terus berlanjut. Dengan demikian, di bulan kedua sebelum piutang tersebut tertagih, anda harus mengeluarkan modal Rp 500 juta lagi untuk membeli stok barang, sehingga keseluruhan modal anda adalah Rp 1 M sampai anda menerima pembayaran dari customer anda yang dapat anda gunakan lagi untuk membeli stok. Demikian selanjutnya.
Namun, jika dalam kasus ini, supplier anda memberikan anda tenor utang selama 1 bulan juga, maka anda tidak perlu langsung membayar cash, sehingga kebutuhan modal kerja anda dapat dikatakan hanya Rp 500 juta.
Cara untuk menghitung kebutuhan modal kerja secara sederhana adalah sebagai berikut :
(Piutang + Stok Barang) - Utang dari supplier
Jika total piutang berjalan anda Rp 500 juta
Total stok barang di toko Rp 250 juta
Total utang kepada supplier Rp 300 juta
Hal ini berarti kebutuhan modal kerja anda : Rp 500 juta + Rp 250 juta - Rp 300 juta = Rp 550 juta.
Analisa Kebutuhan Modal kerja
Dalam hal interview atau menggali kebutuhan modal kerja calon debitur (khususnya UMKM), tidak selalu dikemukakan secara jelas berapa total utang, piutang, dan stok calon debitur. Kadangkala, calon debitur tidak mengetahui angka pasti jumlah stoknya, terutama untuk UKM yang kebanyakan tidak memiliki laporan keuangan atau pencatatan yang akurat.
Maka dari itu, cara lain untuk menggali kebutuhan modal kerja calon debitur adalah dengan menggali informasi tenor piutang yang diberikan kepada buyernya (berapa hari), lamanya perputaran stok (berapa hari), dan tenor utang yang diberikan supplier (berapa hari).
Jumlah piutang :
[tenor piutang / 30] x sales bulanan atau
[tenor piutang / 360] x sales tahunan
Jumlah utang :
[tenor utang / 30] x COGS bulanan atau
[tenor utang / 360] x COGS tahunan
Jumlah stok :
[lama perputaran stok / 30] x COGS bulanan atau
[lama perputaran / 360] x COGS tahunan
COGS = Cost of Goods Sold (harga pokok penjualan)
Contoh kasus :
Seseorang cabeb memiliki omset bulanan sekitar Rp 2 M untuk usaha grosirnya. Dari hasil interview, diperoleh data bahwa cadeb mengambil keuntungan 10% dari penjualannya. Tenor piutang yang diberikan cadeb kepada suppliernya adalah 2 bulan karena usahanya berupa grosiran. Perkiraan keseluruhan stok cadeb di gudang dan toko adalah Rp 1.5 M. Cadeb mendapatkan tenor utang hanya 1 minggu untuk mendapatkan harga paling murah dari suppliernya.
Dengan demikian, perhitungan kebutuhan modal kerja cadeb adalah sebagai berikut :
Sales = 2M
COGS = (100%-10%) x 2M = 1.8M
Jumlah piutang = [60 hari / 30 hari] x Rp 2M = Rp 4M
Jumlah persediaan = Rp 1.5M
Jumlah utang = [7 hari / 30 hari] x Rp 1.8M = Rp 420 juta
Dengan demikian,
Kebutuhan Modal Kerja (WI Needs) = Rp 4M + Rp 1.5M - Rp 420 juta = Rp 5.45 M
Oleh karena itu, bank dapat memberikan kredit kepada calon debitur tersebut maksimal Rp 5.45M tergantung dari kebijakan bank masing-masing (beberapa bank hanya membiaya x% dari total kebutuhan modal kerja).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment