Pages

Monday 18 April 2016

1.4.2. Faktor Nonekonomi

Faktor nonekonomi terdiri atas faktor demografi dan faktor sosial budaya.

1) Faktor Demografi

Faktor demografi terdiri atas faktor jumlah dan komposisi penduduk.

a) Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk akan memperbesar tingkat konsumsi secara agregat walaupun pengeluaran rata-rata penduduk umumnya relatif rendah.

b) Komposisi Penduduk

Semakin banyak penduduk usia produktif yang bekerja, semakin tinggi tingkat pendidikan, dan semakin banyak penduduk tinggal di perkotaan maka konsumsi akan meningkat.

2) Faktor Sosial Budaya

Faktor sosial budaya akan memengaruhi kegiatan konsumsi masyarakat. Faktor sosial budaya berkaitan dengan gaya hidup seseorang. Seseorang yang terbiasa dengan gaya hidup mewah tentunya akan memiliki porsi yang besar dari pendapatannya untuk kegiatan konsumsi.

B. Kurva Permintaan Investasi


Investasi adalah istilah yang sering diartikan berbeda-beda oleh banyak orang dalam kehidupan sehari-hari. Anda tentu pernah mendengar ada orang yang mengatakan: “Saya akan menginvestasikan dana atau kekayaan di Jakarta dengan membeli tanah atau gedung, atau dalam bentuk surat-surat berharga misalnya, saham dan obligasi”. Dalam analisis ekonomi, tindakan menggunakan dana seperti di atas tidak digolongkan sebagai investasi. Sri Mulyani Indrawati (1988), mendefinisikan investasi sebagai penambahan fasilitas produksi maupun stok modal dalam jangka waktu tertentu, biasanya tahunan. Sadono Sukirno (2000), mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang modal yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Dalam analisis ekonomi, kegiatan pengeluaran dana seperti yang diungkapkan oleh dua ahli ekonomi tersebut, bisa dikatakan sebagai investasi jika pembelian tanah atau gedung digunakan untuk mengembangkan pabrik pembuatan kain atau untuk mendirikan perkebunan tebu dan kegiatan produktif lainnya.

Keputusan untuk melakukan investasi berdasarkan pertimbangan jumlah keuntungan atau tingkat pengembalian yang diharapkan akan diperoleh dari kegiatan investasi karena untuk memperoleh tambahan modal (uang) tidak harus berasal dari pengusaha atau milik sendiri, melainkan dapat melalui pihak lain misalnya, lembaga perbankan atau pasar modal. Dengan sendirinya, motif untuk melakukan investasi tidak hanya sebatas dari adanya tingkat pengembalian yang diharapkan diperoleh di masa depan, tetapi harus memperhitungkan biaya investasinya terutama tingkat suku bunga pinjaman. Semakin rendah biaya (tingkat bunga), semakin banyak orang yang melakukan investasi. Sebaliknya, semakin tinggi biaya bunga semakin sedikit orang yang berani melakukan investasi.

2.1. Fungsi Investasi


Fungsi investasi menggambarkan hubungan antara tambahan investasi dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Fungsi investasi dapat digambarkan melalui kurva MEC (Marginal Eficiency of Capital). MEC atau efisiensi modal marjinal adalah tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari setiap tambahan barang modal. Konsep MEC merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh John Maynard Keynes dalam bukunya General Theory (1936). Fungsi investasi dipandang sejenis dengan kurva permintaan. Semakin rendah tingkat bunga (biaya investasi), semakin besar tambahan barang modal (investasi). Sebaliknya, semakin tinggi tingkat bunga (biaya peminjaman), semakin kecil tambahan barang modal. Jika tingkat pengembalian yang diharapkan lebih besar dari tingkat suku bunga, permintaan investasi akan meningkat.

Sebaliknya, jika tingkat pengembalian yang diharapkan lebih rendah dari tingkat suku bunga, tingkat investasi akan menurun. Istilah MEC kemudian diganti dengan nama MEI (Marginal Eficiency of Investment) karena yang dimaksud bukan jumlah modal, tetapi kenaikan atau tambahan modal. Marginal diartikan sebagai tambahan investasi baru, dan eficiency berarti dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan. Dengan menggunakan konsep marginal eficiency dari investasi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik (korelasi negatif) antara tingkat suku bunga dan jumlah investasi ( permintaan investasi) yang akan dilakukan pada suatu periode tertentu. Hal tersebut dapat dilihat dalam Kurva 3.
Kurva efisiensi modal marjinal
Kurva 3. Efisiensi Modal Marjinal.
Perhatikan Kurva 3. Titik A menggambarkan pada suku bunga r0 sebanyak I0 investasi akan dilakukan perusahaan-perusahaan dalam perekonomian. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada waktu yang sama, nilai investasi untuk melaksanakan suatu proyek yang memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) setidak-tidaknya sama dan melebihi r0 adalah I0. Pada titik B menunjukkan bahwa pengurangan suku bunga dari r0 menjadi r1 menyebabkan investasi perusahaan dalam perekonomian meningkat dari I0 menjadi I1. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada waktu yang sama, nilai investasi untuk melaksanakan suatu proyek yang memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) setidak-tidaknya sama dan melebihi r1 adalah I1.

MEC dan MEI adalah dua konsep yang sama yang menggambarkan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari setiap tambahan barang modal (investasi). Jika tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga, pengusaha akan meminjam uang dari perbankan atau pasar modal untuk melakukan investasi. Sebaliknya, jika tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi lebih rendah dari tingkat bunga yang berlaku, pengusaha tidak akan meminjam uang dari bank dan tidak akan melakukan investasi, mungkin akan lebih memilih menyimpan uangnya di bank.

Hubungan antara investasi, tingkat pengembalian yang diharapkan, dan tingkat suku bunga yang berlaku dapat lebih jelas dalam contoh berikut.

Seandainya tingkat suku bunga bank yang berlaku adalah 8 persen, seorang yang bertindak rasional akan melakukan investasi. Jika keuntungan yang diharapkan minimal sama atau lebih dari 8 persen, misalnya 10 persen atau 12 persen. Ia tidak akan melakukan investasinya pada tingkat suku bunga lebih rendah dari tingkat suku bunga yang sedang berlaku, misalnya 5 persen atau 3 persen. Mengapa? Tentunya bagi dia akan lebih menguntungkan jika ia menyimpan uangnya di bank karena akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari bunga, yaitu 8 persen.

Misalnya, investasi senilai 100 miliar rupiah akan menghasilkan keuntungan 12 persen. Tambahan investasi baru senilai 50 miliar rupiah akan menyebabkan keuntungan turun menjadi 10 persen dan tambahan investasi baru sebesar 50 miliar rupiah lagi akan menyebabkan potensi keuntungan menurun menjadi 8 persen, demikian seterusnya. Hubungan permintaan investasi dan tingkat bunga dari kasus di atas terlihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Permintaan Investasi dan Tingkat Bunga

Tingkat Suku Bunga (dalam % per tahun)
Permintaan Investasi (miliar rupiah)
Tambahan Investasi (miliar rupiah)
12
100
-
10
150
50
8
200
50
5
275
75
3
325
50

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi


Terdapat dua faktor utama yang memengaruhi tingkat investasi, yaitu tingkat suku bunga dan tingkat pengembalian yang diharapkan.

a) Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga pinjaman adalah biaya investasi yang paling menentukan. Semakin tinggi tingkat bunga pinjaman, biaya investasi semakin mahal. Akibatnya, minat atau permintaan masyarakat untuk berinvestasi akan menurun.

b) Tingkat Pengembalian yang Diharapkan

Seseorang atau perusahaan akan melakukan investasi pada masa sekarang dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Tingkat pengembalian yang diharapkan sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal sebuah perusahaan.
  1. Kondisi internal perusahaan antara lain tingkat efisiensi perusahaan dalam berproduksi, kualitas SDM, dan tingkat teknologi yang diguna kan. Artinya, semakin tinggi ketiga aspek tersebut, semakin tinggi tingkat pengembalian yang diharapkan, semakin tinggi pula permintaan untuk berinvestasi.
  2. Kondisi eksternal perusahaan antara lain menyangkut kondisi secara makro baik bidang ekonomi sosial maupun politik. Jika perkiraan tentang masa depan ekonomi, sosial, politik nasional, dan internasional optimis, biasanya tingkat investasi meningkat karena tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi dapat dinaikkan. Selain itu, kebijakan pemerintah juga akan mempengaruhi keputusan investasi. Jika pemerintah menaikkan pajak akan terjadi pengurangan permintaan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun.
Berdasarkan uraian tersebut, perhatikanlah Kurva 4. yang menjelaskan tingkat pengembalian yang diharapkan hasil investasi.
Kurva Tingkat Pengembalian yang Diharapkan dari Hasil Investasi
Kurva 4. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan dari Hasil Investasi
Berdasarkan kurva 4. tingkat suku bunga dapat memengaruhi investasi. Misalnya ketika suku bunga pinjaman 10% tingkat investasi akan cenderung turun karena bunga pinjaman lebih tinggi dari hasil investasi yang diharapkan. Namun, ketika suku bunga pinjaman turun minat investasi akan naik atau bertambah karena tingkat bunga yang berlaku lebih rendah dari hasil investasi yang diharapkan. Berdasarkan kurva 6.4 keseimbangan akan tercapai pada saat tingkat suku bunga 8% dan jumlah investasi sebesar Rp200 miliar.

No comments:

Post a Comment