1.4.2. Faktor Nonekonomi
Faktor nonekonomi terdiri atas faktor demografi dan faktor sosial budaya.
1) Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri atas faktor jumlah dan komposisi penduduk.
a) Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk akan memperbesar tingkat konsumsi secara agregat walaupun pengeluaran rata-rata penduduk umumnya relatif rendah.
b) Komposisi Penduduk
Semakin banyak penduduk usia produktif yang bekerja, semakin tinggi
tingkat pendidikan, dan semakin banyak penduduk tinggal di perkotaan
maka konsumsi akan meningkat.
2) Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya akan memengaruhi kegiatan konsumsi masyarakat.
Faktor sosial budaya berkaitan dengan gaya hidup seseorang. Seseorang
yang terbiasa dengan gaya hidup mewah tentunya akan memiliki porsi yang
besar dari pendapatannya untuk kegiatan konsumsi.
B. Kurva Permintaan Investasi
Investasi adalah istilah yang sering diartikan berbeda-beda oleh banyak
orang dalam kehidupan sehari-hari. Anda tentu pernah mendengar ada orang
yang mengatakan: “Saya akan menginvestasikan dana atau kekayaan di
Jakarta dengan membeli tanah atau gedung, atau dalam bentuk surat-surat
berharga misalnya, saham dan obligasi”. Dalam analisis ekonomi, tindakan
menggunakan dana seperti di atas tidak digolongkan sebagai investasi.
Sri Mulyani Indrawati (1988), mendefinisikan investasi sebagai
penambahan fasilitas produksi maupun stok modal dalam jangka waktu
tertentu, biasanya tahunan. Sadono Sukirno (2000), mendefinisikan
investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang modal
yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan.
Dalam analisis ekonomi, kegiatan pengeluaran dana seperti yang
diungkapkan oleh dua ahli ekonomi tersebut, bisa dikatakan sebagai
investasi jika pembelian tanah atau gedung digunakan untuk mengembangkan
pabrik pembuatan kain atau untuk mendirikan perkebunan tebu dan
kegiatan produktif lainnya.
Keputusan untuk melakukan investasi berdasarkan pertimbangan jumlah
keuntungan atau tingkat pengembalian yang diharapkan akan diperoleh dari
kegiatan investasi karena untuk memperoleh tambahan modal (uang) tidak
harus berasal dari pengusaha atau milik sendiri, melainkan dapat melalui
pihak lain misalnya, lembaga perbankan atau pasar modal. Dengan
sendirinya, motif untuk melakukan investasi tidak hanya sebatas dari
adanya tingkat pengembalian yang diharapkan diperoleh di masa depan,
tetapi harus memperhitungkan biaya investasinya terutama tingkat suku
bunga pinjaman. Semakin rendah biaya (tingkat bunga), semakin banyak
orang yang melakukan investasi. Sebaliknya, semakin tinggi biaya bunga
semakin sedikit orang yang berani melakukan investasi.
2.1. Fungsi Investasi
Fungsi investasi menggambarkan hubungan antara tambahan investasi dan
tingkat keuntungan yang diharapkan. Fungsi investasi dapat digambarkan
melalui kurva MEC (Marginal Eficiency of Capital). MEC atau efisiensi
modal marjinal adalah tingkat pengembalian yang diharapkan (expected
rate of return) dari setiap tambahan barang modal. Konsep MEC merupakan
konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh John Maynard Keynes dalam
bukunya General Theory (1936). Fungsi investasi dipandang sejenis dengan
kurva permintaan. Semakin rendah tingkat bunga (biaya investasi),
semakin besar tambahan barang modal (investasi). Sebaliknya, semakin
tinggi tingkat bunga (biaya peminjaman), semakin kecil tambahan barang
modal. Jika tingkat pengembalian yang diharapkan lebih besar dari
tingkat suku bunga, permintaan investasi akan meningkat.
Sebaliknya, jika tingkat pengembalian yang diharapkan lebih rendah dari
tingkat suku bunga, tingkat investasi akan menurun. Istilah MEC kemudian
diganti dengan nama MEI (Marginal Eficiency of Investment) karena yang
dimaksud bukan jumlah modal, tetapi kenaikan atau tambahan modal.
Marginal diartikan sebagai tambahan investasi baru, dan eficiency
berarti dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan. Dengan
menggunakan konsep marginal eficiency dari investasi tersebut, dapat
diketahui bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik (korelasi negatif)
antara tingkat suku bunga dan jumlah investasi ( permintaan investasi)
yang akan dilakukan pada suatu periode tertentu. Hal tersebut dapat
dilihat dalam Kurva 3.
![]() |
Kurva 3. Efisiensi Modal Marjinal. |
Perhatikan Kurva 3. Titik A menggambarkan pada suku bunga r0 sebanyak I0 investasi
akan dilakukan perusahaan-perusahaan dalam perekonomian. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada waktu yang sama, nilai investasi untuk
melaksanakan suatu proyek yang memberikan tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return) setidak-tidaknya sama dan melebihi r0 adalah I0. Pada titik B menunjukkan bahwa pengurangan suku bunga dari r0 menjadi r1 menyebabkan investasi perusahaan dalam perekonomian meningkat dari I0 menjadi I1.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada waktu yang sama, nilai investasi
untuk melaksanakan suatu proyek yang memberikan tingkat pengembalian
yang diharapkan (expected return) setidak-tidaknya sama dan melebihi r1 adalah I1.
MEC dan MEI adalah dua konsep yang sama yang menggambarkan tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari setiap
tambahan barang modal (investasi). Jika tingkat pengembalian yang
diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga, pengusaha akan
meminjam uang dari perbankan atau pasar modal untuk melakukan
investasi. Sebaliknya, jika tingkat pengembalian yang diharapkan dari
investasi lebih rendah dari tingkat bunga yang berlaku, pengusaha tidak
akan meminjam uang dari bank dan tidak akan melakukan investasi, mungkin
akan lebih memilih menyimpan uangnya di bank.
Hubungan antara investasi, tingkat pengembalian yang diharapkan, dan
tingkat suku bunga yang berlaku dapat lebih jelas dalam contoh berikut.
Seandainya tingkat suku bunga bank yang berlaku adalah 8 persen, seorang
yang bertindak rasional akan melakukan investasi. Jika keuntungan yang
diharapkan minimal sama atau lebih dari 8 persen, misalnya 10 persen
atau 12 persen. Ia tidak akan melakukan investasinya pada tingkat suku
bunga lebih rendah dari tingkat suku bunga yang sedang berlaku, misalnya
5 persen atau 3 persen. Mengapa? Tentunya bagi dia akan lebih
menguntungkan jika ia menyimpan uangnya di bank karena akan mendapatkan
tingkat pengembalian yang lebih besar dari bunga, yaitu 8 persen.
Misalnya, investasi senilai 100 miliar rupiah akan menghasilkan
keuntungan 12 persen. Tambahan investasi baru senilai 50 miliar rupiah
akan menyebabkan keuntungan turun menjadi 10 persen dan tambahan
investasi baru sebesar 50 miliar rupiah lagi akan menyebabkan potensi
keuntungan menurun menjadi 8 persen, demikian seterusnya. Hubungan
permintaan investasi dan tingkat bunga dari kasus di atas terlihat dalam
Tabel 5.
Tabel 5. Permintaan Investasi dan Tingkat Bunga
Tingkat Suku
Bunga (dalam % per tahun)
|
Permintaan
Investasi (miliar rupiah)
|
Tambahan
Investasi (miliar rupiah)
|
12
|
100
|
-
|
10
|
150
|
50
|
8
|
200
|
50
|
5
|
275
|
75
|
3
|
325
|
50
|
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi
Terdapat dua faktor utama yang memengaruhi tingkat investasi, yaitu tingkat suku bunga dan tingkat pengembalian yang diharapkan.
a) Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga pinjaman adalah biaya investasi yang paling
menentukan. Semakin tinggi tingkat bunga pinjaman, biaya investasi
semakin mahal. Akibatnya, minat atau permintaan masyarakat untuk
berinvestasi akan menurun.
b) Tingkat Pengembalian yang Diharapkan
Seseorang atau perusahaan akan melakukan investasi pada masa sekarang
dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Tingkat
pengembalian yang diharapkan sangat dipengaruhi oleh kondisi internal
dan eksternal sebuah perusahaan.
- Kondisi internal perusahaan antara lain tingkat efisiensi perusahaan dalam berproduksi, kualitas SDM, dan tingkat teknologi yang diguna kan. Artinya, semakin tinggi ketiga aspek tersebut, semakin tinggi tingkat pengembalian yang diharapkan, semakin tinggi pula permintaan untuk berinvestasi.
- Kondisi eksternal perusahaan antara lain menyangkut kondisi secara makro baik bidang ekonomi sosial maupun politik. Jika perkiraan tentang masa depan ekonomi, sosial, politik nasional, dan internasional optimis, biasanya tingkat investasi meningkat karena tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi dapat dinaikkan. Selain itu, kebijakan pemerintah juga akan mempengaruhi keputusan investasi. Jika pemerintah menaikkan pajak akan terjadi pengurangan permintaan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun.
Berdasarkan uraian tersebut, perhatikanlah Kurva 4. yang menjelaskan tingkat pengembalian yang diharapkan hasil investasi.
![]() |
Kurva 4. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan dari Hasil Investasi |
Berdasarkan kurva 4. tingkat suku bunga dapat memengaruhi investasi.
Misalnya ketika suku bunga pinjaman 10% tingkat investasi akan cenderung
turun karena bunga pinjaman lebih tinggi dari hasil investasi yang
diharapkan. Namun, ketika suku bunga pinjaman turun minat investasi akan
naik atau bertambah karena tingkat bunga yang berlaku lebih rendah dari
hasil investasi yang diharapkan. Berdasarkan kurva 6.4 keseimbangan
akan tercapai pada saat tingkat suku bunga 8% dan jumlah investasi
sebesar Rp200 miliar.
No comments:
Post a Comment